TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI USIA SEKOLAH MENENGAH (SMA/MA)
Sabtu,
19 Mei, 2018
Nama: Taufikurahman
Nim: E1b017065
Kelas: RegulerPagi A
Alamat email: taufikurahman378@gmail.com
Alamat blog:Taufik174.blogspot.com
No.HP: 082359288076
TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI USIA SEKOLAH
MENENGAH (SMA/MA)
Psikolog memandang anak usia SMA
sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses
perkembangan individu. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi,
yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode
orang dewasa. Pada masa tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau
pubertas. Umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka
disebut sebagai orang dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat
sebagai orang dewasa.
Ada perubahan-perubahan yang
bersifat universal pada masa remaja, yaitu meningginya emosi yang intensitasnya
bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikis, perubahan tubuh, perubahan minat
dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial tertentu untuk dimainkannya yang
kemudian menimbulkan masalah, berubahnya minat, perilaku, dan nilai-nilai,
bersikap mendua (ambivalen) terhadap perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut akhirnya
berdampak pada perkembangan kognitif, afektif, dan juga psikomotorik mereka.
1. Perkembangan
aspek kognitif
Pada masa
remaja terjadi kematangan intelektualitas yang berkembang bersamaan dengan kematangan
organ seksualnya. Selain terjadi perubahan fisik dan sosial, juga terjadi perubahan
dalam cara berfikir dan pengolahan informasi. Pada saat remaja mereka mengalami
periode individualisasi, di mana mereka mengembangkan identitas diri mereka dan
membentuk pendapat sendiri yang mungkin berbeda dengan orang tuanya. Mereka mengalami
deidelalisasi terhadap orang tua. Remaja mulai menyadari bahwa orang tua mereka
tidak selalu benar. Akibatnya, seringterjadikonflikantara orang tua dan
anakremaja, yang umumnya berkisar pada perbedaan antara orang tua dan anak remaja
tentang bagaimana mereka memandang dan mendefinisikan aturan keluarga dan
aturan sosial lainnya.
Remaja mulai merasa bahwa pemecahan masalah merupakan pilihan pribadi,
bukan pendapat orang tua. Meskipun konflik di atas dapat menimbulkan masalah,
tapi hal tersebut merupakan perkembangan
yang normal, bukan merupakan suatu ancaman terhadap hubungan antara orang tua
dan anak. Selain harus berfikir kritis, hendaknya remaja juga menyadari bahwa mereka
harus menghargai orang tuanya dan tetap tmeminta nasehat-nasehatnya. Oleh
karena itu konflik antara mereka akan menjadi proses untuk menjadi orang dewasa
bagi anak.
Untuk menunjukkan kematangannya,
remaja terutama laki-laki juga sering terdorong untuk menentang otoritas guru
di SMA, sehingga mereka menjadi target dan pemberontakkan mereka. Cara yang
paling baik untuk menghadapi pemberontakkan remaja adalah :
a. Mencoba
untuk mengerti mereka.
b. Melakukan
segala sesuatu untuk membantu mereka agar berprestasi dalam bidang ilmu yang
diajarkan. Jika para guru menyadari untuk mengembangkan keterampilan-keteranpilan
pada diri peserta didiknya walaupun dalam cara yang terbatas, maka pemberontakkan
dan sikap permusuhan di kelas akan dapat dikurangi.
2. Perkembanganaspekafektif
Masa remaja dikenal dengan masa
storm and stress, yaitu terjadinya pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan
fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa
remaja (usia 12-21 tahun) terdapat beberapa fase, antara lain :
a. Fase
remaja awal (12-15 tahun)
b. Fase
remaja pertengahan (15-18 tahun)
c. Fase
remaja akhir (18-21 tahun)
Di antara fase-fase tersebut juga
terdapat fase pubertas (11/12-16 tahun) yang terkadang menjadi masalah tersendiri
bagi remaja dalam menghadapinya. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak
lepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal,
keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang
dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan
sosial tempat berinteraksi, membuat mereka tertuntut untuk menyesuaikan diri secara
efektif. Proses penyesuaian diri tersebut tak jarang menimbulkan masalah bagi remaja,
misalnya remaja menjadi sering melamun, mudah marah, dan menginginkan kebebasan
tanpa batas pada dirinya.
Sehubungan dengan emosi remaja yang
sering melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya upaya yang dapat guru
lakukanadalahmemperlakukanpesertadidikseprti orang dewasa yang penuhdengan rasa
tanggungjawab moral. Dalamhalini, guru dapat membantu mereka bertingkah laku progresif
untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan atau tugas-tugas sekolahnya. Salah
satu cara yang mendasarinya adalah dengan memotivasi mereka untuk bersaing dengan
diri sendiri.
Bila ada ledakan-ledakan kemarahan
pada diri remaja, sebaiknya guru memperkecil ledakan emosi tersebut dengan jalan
dan tindakan yang bijaksana, lemah lembut, merubah pokok pembicaraan, dan
memulai aktivitas baru. Jika kemarahan peserta didik tetap tak bisa diredam,
guru dapat meminta bantuan kepada petugas bimbingan konseling.
3. Perkembangan
aspek psikomotorik
Kemampuan psikomotorik ini berkaitan
dengan keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan
yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Perkembangan psikomotorik
yang dilalui oleh pesertadidik SMA memiliki
kekhususan yang antara lain ditandai oleh perubahan-perubahan ukuran tubuh,
cirri kelamin yang primer, dan cirri kelamin yang sekunder. Perubahan-perubahan
tersebut dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu percepatan pertumbuhan
dan proses kematangan seksual yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Perubahan-perubahan fisik tersebut merupakan
gejala umum dalam pertumbuhan peserta didik SMA. Perubahan-perubahan fisik tersebut
bukan hanya berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi
tubuh saja, akan tetapi juga meliputi ciri-ciri yang terdapat pada kelamin
primer dan sekunder. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengikuti irama tertentu.
Hal ini terjadi karena pengaruh factor keluarga, gizi, emosi, jenis kelamin,
dan kesehatan.
Peubahan-perubahan yang dialami peserta
didik SMA mempengaruhi perkembangan tingkahlaku yang ditampakkan pada perilaku
yang canggung dalam proses penyesuaian diri mereka, isolasi diri dan kelompok dari
pergaulan, perilaku emosional, imitasi berlebihan, dan lain-lain.
Komentar
Posting Komentar